“Aku laki-laki itu, dan manajernya menonton film drama. Aku suka nonton film, tapi bukan begini caranya. Orang-orang yang melihat tentu akan mengiraku sebagai anak ibu manajer yang kurang terurus dan mengira laki-laki itu sebagai calon ayah baruku. Piknik keluarga. Jack dan Rose melambaikan tangan. Titanic tenggelam untuk kedua kalinya.”
(Yessica P.F. – Apakah Hanya Kita Berdua?)
“Kadang dalam kencan, sebagai perempuan, saya terpaksa memaklumi kebiasaan para pria untuk memberi penjelasan akan fakta yang sudah banyak diketahui, tapi toh mereka dengan sok tahu tetap ngotot menjelaskan seolah kami tak mengerti apa-apa.”
(Isyana Artharini – Antara Film dan Kenyataan)
“Salah satu dari laki-laki gemulai itu memakai kardigan biru dan jins pensil ketat. Dia tersenyum manis ke arah gue, perasaan gue mendadak masam. Pakainya persis yang dijanjikan Sussy tadi malam.”
(Adam Yudhistira – Sussy Celalutercakiti)
“Saya memulai: ‘Sekolah di mana di Jakarta?’ Padahal waktu itu Jakarta hanya pernah saya lihat di TV balai desa, hitam-putih pula. Untuk menonton, kami mesti bawa obat nyamuk sendiri dan menyumbang 100 rupiah.”
(Erni Aladjai – Kencan Tengah Hari Tua)