BONUS CHAPTER 2

Adore You

adore you

 

Alfa mengendurkan pelukannya. Melihat bagaimana kondisi wajah Molly yang saat ini sudah dibasahi oleh air mata. “Nggak perlu minta maaf, Cantik.” Ibu jari tangan Alfa dengan telaten menghapus jejak air mata yang masih berjatuhan membasahi kedua pipi Molly. “Aku pun juga nggak tau kalo kamu punya alasan sendiri kenapa bisa sampe sebesar itu tekadnya. Aku cuma posisiin diri sebagai pasangan kamu yang gak mau ngeliat kamu kenapa-kenapa di waktu sebelum tanding. Aku cuma mau kamu sayangin diri kamu sendiri sebesar rasa sayang kamu sama dunia yang kamu jalanin itu. Pernah aku bilang juga, kan, kalo hartanya atlet ada di badannya? Kalo badan kamu kenapa-kenapa nanti, gak mungkin bisa juga kamu ikut dalam pertandingan apapun, kan?”

Kepala Molly mengangguk pelan. “Maaf aku keras kepala. Aku gak mau ngerti kalo niat kamu juga baik buat diri aku,” tuturnya yang mulai menyesali amarahnya tadi.

“Nggak apa-apa.” Senyum hangat terulas di wajah Alfa sambil tangannya kini sibuk merapikan beberapa anak rambut Molly yang menutupi kening. “Aku sendiri pun juga kadang suka lupa waktu kalo emang posisinya lagi serius soal kerjaan. Dan kamu juga selalu ingetin aku kalo posisi aku sendiri lagi kayak begitu. Yang penting sekarang kalo misalnya ada sesuatu yang cukup ngeganjal di diri kita masing-masing, kita coba buat obrolin kayak gini, ya? Biar kalo emang ujungnya harus ada yang diperbaiki juga kita bisa perbaiki bareng-bareng. Kunci awetnya hubungan juga salah satunya karena komunikasi, kan?”

 

“Iya.” Molly menarik napasnya bersamaan dengan isak tangisnya yang mulai mereda. Ia menyadari bahwa emosinya tadi mungkin karena dirinya yang kurang tebuka perihal hatinya kepada Alfa, yang justru membuat Alfa pada akhirnya merasa kesal dengannya. Sebagaimana yang diucapkan oleh lelaki itu bahwa kunci dari sebuah hubungan itu adalah komunikasi yang harus selalu berjalan sesuai dengan hubungan mereka. “M-makasih ya, Mbul. Makasih karena kamu udah selalu ingetin aku tentang hal-hal kayak gini. Hal yang mungkin menurut aku biasa saja karena dulu aku jalanin hidup aku sendirian. Aku masih sering gak sadar kalo sekarang ini posisi aku sudah punya kamu. Ada kamu yang selalu mau bantu aku buat jadi lebih baik.”